Sunday, January 24, 2010

Nasyid History

Al ardu lana, wa qudsu lana, Allahu bi kuwwatihi lana… (alquds)

Pernah denger syair di atas ? kalo belom, jangan pernah ngaku nasyid mania. Sungguhan, belom pol polan kalo nggak tau -apalagi blank banget. Konon, ini nasyid dibaptis cikal bakal nasyid yang ada sekarang ini. Emang, jika kamu liat kasetnya, nih kaset "dingin" abis ! Nggak ada credit title, nggak ada teks syair, nggak ada petunjuk siapa yang nyanyi, siapa yang nyiptain nasyid, direkam dimana, pokoknya yang ada Cuma selembar kertas doang ama judul nasyid. Foto si artis ? Uuhhh, apalagi nggak ada pisan. Trus, juga nggak jelas sama sekali kalo Al-Quds itu sebenarnya artis atawa judul album sih. Mo konfirmasi cari info? Nggak tau juga musti kemana. Tapi walo begitu, nih kaset underground laku keras banget. Sejak muncul kurang lebih taon 1989 (udah sekitar 15 taon tuh!) Al Quds masih aja dicari. Selain hraganya Cuma 8000 perak doang. Konon, inilah nasyid sejati, nasyid sesungguhnya yang bener-bener merefelksikan jiwa para aktivis dakwah.

Nasyid AlQuds muncul sekitar akhir 80-an seiring dengan meledaknya kembali gerakan intifadhah di Palestina. Taon 1992, di negeri kita Snada pertama kali ngenalin "cara nyanyi" akapela mirip-mirip Boyz II Men. Waktu itu mereka rada nyontek dikit lagu "In The Stillness of The Night" yang diubah jadi "Tahajjud". Lagu yang dibawain Snada di balairun UI itu dianggap sebagai alternatif hiburan kesenia Islam yang waktu itu emang cekak banget. Setelah itu, Snada ngembangin sendiri tekni bernasyid mereka. Peran musisi Dwiki Dharmawan, pelatih vokal Snada, nggak bisa dibilang kecil. Snada menjadi ikon sukses grup nasyid di Indonesia.

Ada juga Izzatul Islam (biasa disebut Izzis) yang muncul sekitar taon 1994 dengan mengambil jenis nasyid yang full of semangat en ngebangkitkan ruhiyah yang mendengarnya. Izzis ngeluarin beberapa album. Yang paling heboh adalah album "Kembali" (1999) en "Marching-Out" (2001). Selebihnya, entah kenapa nasyid-nasyid Izzis seperti kehilangan "daya bunuh", datar-datar aja.

Setelah Snada dan Izzis, hampir bisa dibilang nggak ada lagi grup nasyid yang bisa mewakili musik Islam sesungguhnya. Emang muncul nama-nama seperti Gradasi, Ngek, Mentari, Tarbiyah, Ruhul Jadid (yang ini disebut sebut Cuma "nerusin" konsep Izzis) dan lainnya. Jangan juga dilupain Bestari yang personilnya semua akhwat dan dikondangi oleh Asma Nadia yang penulis beken itu.

Malaysia termasuk paling hebat dalam melahirkan grup-grip nasyid jempolan. Yang paling kentara adalah Raihan, mulai dikenal taon 1994 dengan albumnya "Puji-pujian". Dibandingin dengan siapapun, Raihan jelas ngetop abis diseluruh dunia. Bahkan jika dibandingin dengan Yusuf Islam (dulu bernama Cat Steven) asal Inggris sekalipun. Raihan satu-satunya grup nasyid yang udah tur keliling dunia dan pernah mentas di hadapan Ratu Inggris. Di belakang Raihan, Negeri Jiran kemudian mengenalkan Hijjaz, Diwani, Brother, Rabbani dan lainnya, yang semuanya belum menawarkan jenis nasyid yang baru.

Dulu nasyid di pake sebagai pembangkit ghirah (semangat) juang para mujahid di medan perang. Isi syairnya nggak ada yang mendayu-dayu, dan Cuma di dendangkan ala kadarnya. Kalopun pake alat musik paling Cuma duff (sejenis rebana) doang. Ya, kayak Al Quds di atas. Sekarang, batasan nasyid jadi nggak jelas banget. Ada yang pake gitar dan isinya cinta-cintaan melulu. Ada juga yang dibikin ngerapa kayak Soldier of Allah (SOA- yang ini produk Amrik). Nggak boleh ? Wallohu 'alam.

Yang pasti, kita musti ngembaliin posisi nasyid itu ke tempat aslinya, yaitu sebagai media untuk semakin ngedeketin diri kepada Allah swt. Nah, sekarang kebayang nggak, gimana kalo band-band sejenis Gigi, Jamrud, atawa Edane ngebawain lagu-lagu islami atawa sholawat dengan vokal yang sangar, jingkrak-jingkrakan, raungan gitra dan suara drum yang menghentak-hentak? (Saad)

No comments:

Post a Comment

Powered By Blogger